Pannakatha
Seperti apakah konsep anicca dukkha anatta dalam penerapan kehidupan keseharian, mari kita simak kumpulan artikel artikel Pannakatha yang merupakan karya terjemahan bercampur dengan kompilasi dari berbagai buku yang dilakukan oleh penyusun dan diterbitkan dalam bentuk leaflet sejak tahun 1990-an dalam rangka memenuhi kebutuhan permenungan pokok-pokok penting hakikat kehidupan, dan atas praktik Buddha dhamma di dalam kehidupan sehari-hari dari beberapa pendukung yang menyebarkannya di berbagai kota di Nusantara. Atas berbagai masukan, maka leaflet tersebut di kumpulkan dan di rangkai kembali menjadi satu didalam buku kecil dan sekarang di tuangkan dalam bentuk website ini. Semoga dapat memberikan sumbangsih memperkaya referensi dan bahan renungan Buddha Dhamma dalam praktik keseharian dengan berbagai perumpamaan yang tersebar didalam Tipitaka
Dhamma menjadi berkah mulia bagi kita
Selamat Rodjali Webblog : http://tilakkhana-tigacorakkehidupan.blogspot.com
Creator:Mirawati Mulyadi
Thursday, 31 July 2014
Kebutuhan Primer
Doa dan Upacara Pemujaan
Perpaduan
- Di dalam
naskah dinyatakan: “ YAM RUPAM NISSAYA MANODHATU, MANOVINNANA DHATU CA,
VATTANTI PANCAVOKARE TAM VATTHUTI PAVUCCATI” ( Tergantung pada materi atau
sifat itulah unsur batin/ manodhatu dan unsur kesadaran batin /
manovinnana dhatu muncul pada mahluk yang memiliki lima kelompok
perpanduan / pancavokare-bhava. Dalam hal ini, secara nyata dapat kita
baca, bahwa Sang Buddha tidak menunjukkan jantung atau otak atau darah
atau gen atau sebagainya sebagai tempat kesadaran. Namun secara nyata pula
bahwa batin dan jasmani berproses secara terpadu dan batin muncul di dalam
landasan batin tersebut.
Tuesday, 29 July 2014
Kisah Cinta
- Cinta
adalah ketika kamu nyata bertanggung jawab bagi orang lain dan ingin
bersamanya
- Cinta
adalah banyak pengorbanan
- Cinta
adalah nafsu
- Cinta
adalah kebaikan
- Cinta
adalah memanjat sebuah gunung
- Cinta
mirip dengan mirip, sebuah cerita dongeng
- Cinta
tidak memiliki arti
- Cinta
adalah satu kata dengan empat huruf
- Cinta
adalah penderitaan
- Cinta
adalah berbahaya
- Cinta
adalah memeluh anak anjing yang hangat
- Cinta
adalah makanan.
- Cinta yang tidak egois: Ini adalah jenis cinta yang menjaga
dan mengharapkan kebahagiaann dan kesejahteraan pihak lain.
- Cinta egois: Ini adalah jenis cinta yang mengharapkan
untuk memiliki dan melekat kepada pihak lain. Cinta ini datang
dengan nafsu dan diikuti dengan
kecemburuan dan kekecewaan.
Bukit Semut
- Ketika
sutta ini dibabarkan, Kumara Kassapa masih sekha puggala, dan kemudan
menjadi Arahat (Asekha puggala) setelah menggunakan sutta ini dalam subjek
meditasinya.
- Menurut
Majjhima Nikaya Atthakatha, dewa dalam sutta ini adalah mahluk Anagami
yang tinggal di Suddhavasa
Sambutlah Mentari
Kisah Anak Lelaki Kecil
Monday, 28 July 2014
Surga Seekor Katak
- “Siapa,
yang cemerlang dengan potensi batin, dengan keindahan melebihi yang lain
membuat semua penjuru terang, yang menghormat di bawah kaki saya?”
- “Saya
dahulu adalah seekor katak, penghuni air. Namun, ketika saya sedang
mendengarkan Dhamma yang dibabarkan, seorang penggembala sapi tak sengaja
membunuh saya
- Bagi
sesaat ketenangan batin, terlihatlah potensi batin dan kemuliaan,
keindahan saya dan terlihatlah pula kecemerlangan saya.
- Bagii
mereka yang telah ‘lama’ mendengarkan Dhamma, Gotama itulah mereka yang
telah merealisasi kekekalan di mana mereka tidak lagi menderita”
Sekolah Binatang
Sunday, 27 July 2014
Bhikkhu-Deva
Saturday, 26 July 2014
Ibarat Batang Kayu (Darukkhandhopama Sutta)
- “Apabila
batang kayu tersebut tidak tertambat di sisi sungai sebelah sini,
batang kayu tersebut akan mencapai lautan.
- Apabila
batang kayu tersebut tidak tertambat di sisi sungai sebelah seberang,
batang kayu tersebut akan mencapai lautan
- Apabila
batang kayu tersebut tidak tenggelam di dasar sungai, batang kayu
tersebut akan mencapai lautan
- Apabila
batang kayu tersebut tidak mendarat di pulau kecil di tengah sungai
(delta), batang kayu tersebut akan mencapai lautan.
- Apabiila
batang kayu tersebut tidak diambil oleh manusia, batang kayu
tersebut akan mencapai lautan.
- Apabila
batang kayu tersebut tidak diambil oleh dewa, batang kayu tersebut
akan mencapai lautan
- Apabila
batang kayu tersebut tidak tenggelam ke dalam satu pusaran air,
batang kayu tersebut akan mencapai lautan.
- Apabiila
batang kayu tersebut tidak hancur /membusuk, batang kayu tersebut
akan mencapai lautan.
- Tertambat
di sisi sungai sebelah sini mengumpamakan melekat terhadap enam pintu indera, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, berpikir.
- Tertambat
di sisi sungai sebelah seberang mengumpamakan melekat terhadap objek penglihatan, pendengaran,
penciuman, pengecapan, sentuhan, berpikir.
- Tenggelam
di dasar sungai
mengumpamakan melekat terhadap mahluk hidup atau benda mati
- Mendarat
di pulau di tengah sungai (delta) mengumpamakan kesombongan, kebanggaan atau
keangkuhan.
- Diambil
oleh manusia
mengumpamakan ‘bhikkhu hidup dan bergaul dengan tidak sepantasnya terhadap
umat awam’
- Diambil
oleh dewa mengumpamakan
‘niat melakukan perbuatan baik untuk terlahir di surga, di alam para dewa
dan brahma’
- Tenggelam
ke dalam satu pusaran air mengumpamakan terjebak / melekat pada kegemaran akan lima jenis
kesenangan indera.
- Menjadi
hancur / membusuk
mengumpamakan berpura-pura suci padahal sesungguhnya tidak suci.
Batu Karang dan Mentega
- Andaikata,
seseorang melemparkan sebuah batu karang yang amat besar ke dalam sebuah
kolam air yang sangat dalam; kemudian sejumlah besar orang berkumpul dan
bergerombol bersama dan berdoa serta memujinya dan melakukannya dengan
merangkapkan kedua tangan ke atas (beranjali), dan berkata:”Naiklah, batu
karang yang baik! Mengambanglah, batu karang yang baik ! mengambanglah ke
tepi, batu karang yang baik !” Mungkinkah karena doa-doa, pujian yang
dilakukan dengan penuh hormat dengan merangkapkan kedua belah tangan ke
atas, menyebabkan batu karang yang amat besar itu naik ke atas dan
mengambang ke tepi ?’ Asibandhaka
menjawab bahwa hal itu tidak
mungkin terjadi. Sang Buddha melanjutkan bahwa demikian pula
halnya dengan siapa saja sebagai pengambil kehidupan mahluk lain, pengambil
barang yang tidak diberikan, pelaku yang salah dalam bidang seksual,
pembohong, penyebar fitnah, penguncar kata-kata kasar, pembicara hal yang
tidak bermanfaat, orang yang serakah, orang yang batinnya diliputi niat
jahat dan yang batinnya menganut pandangan keliru, betapapun
besarnya kumpulan / gerombolan orang-orang yang berdoa bersama, melakukan
pujian, penghormatan dengan merangkapkan kedua belah tangan ke atas dengan
berkata: “Semoga orang ini, ketika tubuhnya meluruh, setelah kematiannya
tumimbal lahir di alam berbahagia, di dunia Surga. “ Orang tersebut,
ketika tubuhnya meluruh, setelah kematiannya tetap tumumbal lahir di alam
menyedihkan, di alam rendah, di Neraka
- Andaikata,
seseorang menyelam membawa guci berisi mentega atau minyak ke dalam sebuah
kolam air yang sangat dalam, lalu memecahkan guci tersebut sehingga
pecahan guci itu tenggelam sedangkan mentega atau minyaknya mengambang
naik ke permukaan air; kemudian sejumlah besar orang berkumpul dan
bergerombol bersama dan berdoa serta memujinya dan melakukannya dengan
merangkapkan kedua tangan ke atas (beranjali), dan berkata:”Turunlah,
mentega yang baik! Tenggelamlah ke dasar kolam, mentega yang baik! Pergilah
ke dasar kolam, mentega dan minyak yang baik ! “ Mungkinkah karena
doa-doa, pujian yang dilakukan dengan penuh hormat dengan merangkapkan
kedua belah tangan ke atas menyebabkan mentega atau minyak itu turun ke
bawah dan tenggelam ke dasar kolam?’Asibandhaka menjawab bahwa hal ini tidak
mungkin terjadi. Sang Buddha melanjutkan bahwa demikian pula halnya
dengan siapa saja yang menghindari mengambil kehidupan mahluk lain,
menghindari mengambil barang yang tidak diberikan, menghindari perilaku
yang salah dalam bidang seksual, menghindari berbohong, menghindari
memfitnah, menghindari menguncarkan kata-kata kasar, menghindari berbicara
hal yang tidak bermanfaat, orang yang tidak serakah, orang yang batinnya
tidak diliputi niat jahat dan yang batinnya menganut pandangan benar,
betapapun besarnya kumpulan / gerombolan orang-orang yang berdoa bersama,
melakukan pujian, penghormatan dengan merangkapkan kedua belah tangan ke
atas dengan berkata: “Semoga orang ini, ketika tubuhnya meluruh, setelah
kematiannya tumimbal lahir di alam menyedihkan, di Neraka.” Orang
tersebut, ketika tubuhnya meluruh, setelah kematiannya tetap
tumimbal lahir di alam berbahagia, di dunia Surgawi
- Kamma
mengkondisikan Vipaka yang selaras.
- Harapan
tidak akan terealisasi apabila tidak didukung oleh perbuatan yang tepat.