Perumpamaan
Pada suatu masa, di sebuah desa di tepi pantai, terjadi ketidakseimbangan
unsur-unsur alam, dan sejumlah besar ternak kerbau mati karena terserang wabah.
Karena ketakutan bahwa penyakit itu akan segera menyebar, orang-orang di desa
itu membawa bangkai kerbau-kerbau itu dan membuangnya ke laut. Seraya bangkai
kerbau itu terhanyut dari pantai, sekawanan burung gagak datang memakannya
berhari-hari. Setiap hari, ketika gagak itu telah makan dengan puas (kenyang),
mereka terbang kembali untuk melewati malam di pohon-pohon di tepi pantai; dan
kemudian mereka akan terbang kembali pagi harinya untuk melanjutkan makan
bangkai yang sedang terhanyut ke tengah laut itu.
Seraya hari-hari berlalu, dan bangkai-bangkai itu terhanyut lebih jauh dan
lebih jauh lagi ke tengah lautan, beberapa gagak, melihat kesulitan dalam
perjalan terbang kembali ke tepi pantai, memutuskan untuk menghabiskan malamnya
di atas bangkai yang sedang terhanyut tersebut; sedangkan gagak-gagak lainnya
dari kawanan tersebut tidak memperdulikan kesulitan tersebut, dan terus-menerus
terbang kembali ke tepi pantai pada setiap sore.
Akhirnya, ketika bangkai-bangkai tersebut telah begitu jauh terhanyut ke
lautan, perjalanan pulang pergi terbang ke tepi pantai tidak lagi memungkinkan,
kawanan gagak itu memutuskan untuk meninggalkan sumber makanan tersebut
(bangkai kerbau) dan mencari sumber makanan yang baru di daratan.
Namun, satu dari gagak-gagak tersebut telah tinggal bersama bangkai-bangkai
yang terhanyut itu; dan ketika ia mengetahui bahwa teman-temannya tidak lagi
datang untuk berbagi makanan, ia diliputi kegembiraan yang luar biasa,berpikir
bahwa makanan yang ia miliki saat ini akan menghidupinya dalam waktu yang lama.
Ia begitu asyik dalam makannya dan tidak pernah berpikir untuk kembali ke
pantai.
Seraya bangkai-bangkai itu terhanyut lebih jauh dan lebih jauh lagi ke
tengah lautan, sekawanan ikan datang dari dasar lautan untuk melahap
bangkai-bangkai tersebut sampai akhirnya tidak ada lagi yang tertinggal untuk
dimakan. Akhirnya,sisa-sisa bangkai itu mulai tenggelam ke dalam lautan; dan
pada saat itu, gagak tersebut memutuskan bahwa waktunya telah tiba baginya
untuk terbang kembali ke pantai. Dengan pikiran semacam ini, ia terbang ke arah
utara,namun tidak melihat daratan. Ia terbang ke arah Selatan, ke Timur dan ke
Barat, namun juga tidak melihat daratan. Kemudian ia terbang dengan
sekuat-kuatnya dan tidak mampu terbang lagi, kehabisan tenaga; ia menurunkan
sayap-sayapnya dan jatuh ke dalam lautan. Di dalam lautan tersebut ia menjadi
santapan ikan-ikan.
Makna perumpamaan.
Inilah kehidupan manusia. Apabila kita membiarkan diri kita larut dalam
keasyikan hanya dengan makan,tidur dan kesenangan-kesenangan indera, tanpa
melakukan kebajikan; misalnya apabila kita tidak mempraktikan ajaran benar yang
telah di ajarkan, kita tentu akan memetik buahnya, yaitu penderitaan,mirip
dengan burung gagak yang jatuh menemui kematiannya di lautan.
Cerita ini adalah tentang kita semua;Lautan mengumpamakan dunia ini,arus
lautan mengumpamakan arus tumimbal lahir; bangkai-bangkai kerbau mengumpamakan
tubuh kita yang makin rapuh dan objek kesenangan duniawi; pohon di tepi pantai
mengumpamakan ajaran benar, dan burung gagak mengumpamakan pikiran kita, yaitu
: sewaktu-waktu kita merasa senang mempraktikkan ajaran benar, dan
sewaktu-waktu kita tidak suka mempraktikan ajaran benar.