Vipallasa artinya
ke-semu-an / ke-maya-an / kepalsuan, halusinasi, angan-angan, kesalahan
penyelidikian, atau, menganggap sesuatu yang benar sebagai yang salah, dan
menganggap yang salah sebagai yang benar. Terdapat tiga macam kesemuan
(vipallasa), yaitu sanna vipallasa
(kesemuan persepsi), citta vipallasa
(kesemuan pikiran) dan ditthi vipallasa
(kesemuan pandangan)
Ketiga kesemuan itu
masing-masing terdiri dari empat jenis kesalahan, yaitu kesalahan berkenaan
dengan :
- ketidakkekalan
sebagai kekekalan
- ketidakmurnian
sebagai kemurnian
- keburukan
sebagai kebaikan
- bukan
substansi sebagai substansi.
Ketiga kesemuan ini dapat diilustrasikan masing-masing dengan perumpamaan
sebagai berikut :
Perumpamaan rusa liar yang
menggambarkan kesemuan pencerapan, sebagai berikut :
Di tengah sebuah hutan
yang lebat, ada seorang perumah tangga yang membudidayakan tanaman padi.
Apabila petani itu pergi, rusa liar biasanya datang ke ladang tersebut dan
memakan butir-butir padi muda yang baru sedang tumbuh. Menyadari hal ini,
petani tersebut membuah orang-orangan dari jerami dan diletakkan di
tengah-tengah ladangnya untuk menakut-nakuti dan menghalau rusa-rusa yang
datang ke ladangnya itu. Ia mengikat jerami tersebut dengan serat tali sehingga
membentuk tubuh, dengan kepala, tangan dan kakinya: dan dengan getah putih
menggambarkan sebuah pot menyerupai kepala orang, ia meletakkannya di atas
tubuh jerami itu. Ia pun menutupi orang-orangan itu dengan pakaian tua seperti
baju, celana dan sebagainya, dan meletakkan sebuah busur dan anak panah di
tangannya. Kemudian, seperti biasa rusa itu datang ke sana, untuk memakan
padi-padi muda; namun setelah mendekati ladang dan pandangannya menangkap
orang-orangan, mereka menganggapnya seperti orang sesungguhnya, merasa takut,
dan melarikan diri.
Di dalam gambaran di atas,
sebelumnya rusa liar telah melihat manusia, dan di dalam persepsinya terpatri
bentuk dan rupa manusia. Sesuai dengan pencerapannya ini, mereka menganggap
manusia jerami sebagai manusia sesungguhnya. Demikianlah, pencerapannya
merupakan pencerapan yang keliru. Kesemuan pencerapan di sini ditunjukkan
dengan rusa liar dalam mengenali orang-orangan.
Kesemuan pencerapan ini
juga dapat digambarkan seperti orang bingung yang kehilangan arah dalam perjalanannya
dan tidak dapat menentukan titik tujuan, Timur dan Barat, di tempat ia berada,
walaupun matahari yang timbul dan tenggelam dapat dengan jelas dicerap oleh
seseorang dengan mata terbuka. Apabila kekeliruan telah dibuat, hal ini akan
berakar dengan kuat dan hanya dapat dihancurkan dengan usaha yang sangat besar.
Di dalam diri kita banyak sesuatu yang selalu kita anggap secara keliru dan
dalam arti yang bertentangan dengan kesunyataan dalam memandang ketidak-kekalan
dan ke-tanpa-substansi-an. Demikianlah melalui kesemuan pencerapan kita
mencerap sesuatu secara keliru, persis seperti rusa liar yang memandang orang
jerami sebagai orang sesungguhnya walaupun
dengan mata terbuka
Sekarang,
perumpamaan tukang sihir, menggambarkan kesemuan pikiran, sebagai berikut :
Terdapat ilmu kesemuan
yang disebut sihir di mana ketika sebongkah tanah ditunjukkan di dalam
keramaian, semua yang melihatnya berpikir bahwa itu adalah sebongkah emas dan
perak. Kekuatan ilmu sihir ini sedemikian rupa sehingga mampu mengubah pandangan
orang biasa dan menggantikannya dengan pandangan yang di luar kebiasaan.
Dikatakan, untuk sementara waktu mengendapkan cara berpikir logis. Pada saat
orang-orang umumnya melihat sebongkah tanah seperti apa adanya, dengan pengaruh
ilmu sihir ini, mereka melihat sebongkah tanah sebagai sebongkah emas dan perak
dengan semua kualitas kecemerlangan, kekuningan, keputihan-nya dan sebagainya.
Demikian, kepercayaan, pengamatan, atau gagasan-gagasannya menjadi keliru.
Dengan cara yang sama, pikiran dan gagasan-gagasan kita berada dalam kebiasaan
salah menganggap’salah’ sesuatu sebagai ‘benar’ dan kita buta atas diri kita
sendiri. Sebagai contoh, pada malam hari kita sering kali cenderung berpikir
kita melihat seorang manusia padahal kenyataannya hanya tunggul sebuah pohon
yang kita lihat. Atau,melihat sebuah semak, kita membayangkan bahwa kita
melihat seekor gajah liar; atau, melihat seekor gajah liar sebagai sebuah
semak.
Di dalam dunia ini, semua
gagasan-gagasan kita yang keliru terhadap sesuatu yang datang ke dalam
jangkauan pengamatan kita, disebabkan oleh kesemuan pikiran yang lebih
dalam dan lebih halus daripada kesemuan pencerapan, sehingga mengelahui kita
dengan memandang sesuatu yang salah sebagai yang benar. Namun demikian, hal ini
dapat dilenyapkan dengan lebih mudah dengan menyelidiki atau dengan mencari ke
dalam sebab-sebab dan kondisi-kondisi sesuatu.
Sekarang, perumpamaan seseorang yang
kehilangan arah, untuk menggambarkan kesemuan pandangan, sebagai berikut :
Terdapat sebuah hutan yang besar yang dihuni oleh mahluk-mahluk setan, atau
jin yang menetap di sana dengan membangun kota dan desa. Pada satu hari,
datanglah beberapa musafir ke sana namun tidak begitu mengenal kondisi jalan
yang melalui hutan itu. Mahluk setan / jin itu membuat kota dan desa-desanya
sangat indah seindah sorganya para dewa; dan di samping itu mahluk setan / jin
tersebut menirukan bentuk tubuh dewa dewi. Mereka juga membuat jalan yang lebar
dan indah seperti yang dimiliki para dewa. Ketika musafir itu melihat semua
ini, mereka yakin bahwa jalan yang indah itu menuju kota atau desa yang besar,
dan dengan demikian mereka menyimpang dari jalan sebenarnya, mereka tersasar
karena menuruti jalan yang salah dan menyesatkan; setelah sampai di kota para
mahluk setan / jin itu, para musafir menemui penderitaan.
Di dalam perumpamaan ini,
hutan yang luas melambangkan tiga alam kehidupan ; kehidupan di alam nafsu
indera (kama bhumi), kehidupan di alam materi halus ( rupa bhumi) dan kehidupan
di alam tak bermateri (arupa bhumi). Para musafir melambangkan mahluk hidup di
dunia ini. Jalan yang benar adalah pandangan benar ( perihal dunia maupun
pencerahan agung), sedangkan jalan yang salah adalah pandangan keliru