Pannakatha

Seperti apakah konsep anicca dukkha anatta dalam penerapan kehidupan keseharian, mari kita simak kumpulan artikel artikel Pannakatha yang merupakan karya terjemahan bercampur dengan kompilasi dari berbagai buku yang dilakukan oleh penyusun dan diterbitkan dalam bentuk leaflet sejak tahun 1990-an dalam rangka memenuhi kebutuhan permenungan pokok-pokok penting hakikat kehidupan, dan atas praktik Buddha dhamma di dalam kehidupan sehari-hari dari beberapa pendukung yang menyebarkannya di berbagai kota di Nusantara. Atas berbagai masukan, maka leaflet tersebut di kumpulkan dan di rangkai kembali menjadi satu didalam buku kecil dan sekarang di tuangkan dalam bentuk website ini. Semoga dapat memberikan sumbangsih memperkaya referensi dan bahan renungan Buddha Dhamma dalam praktik keseharian dengan berbagai perumpamaan yang tersebar didalam Tipitaka

Dhamma menjadi berkah mulia bagi kita

Selamat Rodjali Webblog : http://tilakkhana-tigacorakkehidupan.blogspot.com

Creator:Mirawati Mulyadi

Tuesday 29 July 2014

Kisah Cinta

            Suara dari kata itu membuat orang-orang menjadi gila. Apakah kata itu? Cinta, tentu saja, apa lagi? Cinta telah begitu banyak dipuja oleh seluruh dunia mengatasi semua yang dianggap berharga yang patut diperhatikan di dalam mengatasi kehidupan seseorang. Bagi seorang umat Buddha, khususnya yang mengenal Abhidhamma, cinta dapat dianalisa ke dalam berbagai tipe kesadaran / pikiran – baik atau tidak baik, spontan atau dengan ajakan, diliputi perasaan senang atau netral, berkait dengan pandangan keliru atau dengan pengetahuan, dan sebagainya. Perusak permainan! Kata seorang romantis, Bagaimana kamu bisa menganalisa cinta ke dalam tipe-tipe kesadaran?
            Para pe-meditasi pandangan terang, bahkan akan melakukannya lebih daripada sekedar menganalisa. Mereka mengamati perasaan-perasaan dan emosi-emosi sebagaimana munculnya, memperhatikannya sebagai faktor batin yang muncul dan padam, yang tidak kekal atau tanpa substansi. Tidak ada yang seperti itu. Mereka tidak pernah memberikan kesempatan bagi keterikatan untuk tumbuh, selalu waspada menjaga dirinya tidak mengatakan, mengapa membuat sesuatu yang indah seperti cinta nampak begitu buruk, tak berguna. Namun, kemudian, tidakkah itu seharusnya lebih baik berada di sisi yang lebih aman – Saya maksudkan dengan tetap tidak melekat? Namun, mungkin, kamu adalah satu dari mereka yang tidak memikirkan penderitaan yang diminta oleh cinta yang saya tak memiliki apapun untuk mengatakannya.
            Ketika saya memulai pembicaraan ini, saya termenung sejenak. Maksud saya, bertanya-tanya kemana saya harus pergi mencari cerita cinta untuk ditulis? “Apa” seseorang berseru,” Di tiap langkah kamu berada, di sana ada cinta,”Saya bertanya-tanya apa maksudnya ketaka saya menyadari,”Ah, dia benar.” Setiap orang yang berjalan di sekitar kita sudah berkeluarga atau akan berkeluarga, cepat atau lambat. Dan bagaimana menurutmu bahwa itu terjadi ? Kecuali perkawinan yang telah direncanakan sebelumnya yang sekarang lebih kurang sudah tertinggal, selebihnya jatuh melalui panah bunga dewi asmara yang melanda dua hati dnegan sangat dalam melalui dan membuat mereka terluka. Tidak aneh, Barbara Cartland tidak pernah kekurangan cerita baginya untuk tetap menulis.
            Oleh karena itu, untuk menulis cerita ini, saya harus mewawancarai orang lain. Saya harus berjuang untuk membuat orang lain membicarakan sesuatu yang agak pribadi. Prinsip dasar saya adalah saya tidak memiliki maksud apapun untuk menulis cerita pasaran terbaik yang nakal. Saya hanya bermaksud untuk melihat di bagian mana perhatian murni dapat berperan di dalam ilmu kimia emosional ini.

Apakah cinta itu ?
            Ketika saya menanyakan pertanyaan ini kepada sahabat muda, dia hanya menengadahkan kepalanya dengan putus asa dan menjawab: “Jangan bertanya kepada saya. Saya adalah seorang pria yang bingung.” Saya menduga ia pasti masih jatuh cinta. Ketika orang-orang lain mendengar tentang pengobatannya, mereka tersenyum, seolah-olah mengerti kesedihannya.. Tidaklah mudah bila problema emosional seperti cinta berhadapan denganmu. Tak lama lagi, hal itu akan membanjiri dan membingungkan batinmu sedemikian rupa sehingga setiap kemampuanmu untuk beralasan dengan jelas akan berada sejauh galaksi yang terdekat. Inilah yang dikatakan oleh seorang teman saya sebagai kegilaan sementara. Cinta sejenis inilah yang datang dengan nafsu dan keterikatan yang kuat. Satu sore ketika saya bertanya kepada sekelompok orang muda perihal yang sama, saya mendapatkan daftar jawaban sebagai berikut :
  • Cinta adalah ketika kamu nyata bertanggung jawab bagi orang lain dan ingin bersamanya
  • Cinta adalah banyak pengorbanan
  • Cinta adalah nafsu
  • Cinta adalah kebaikan
  • Cinta adalah memanjat sebuah gunung
  • Cinta mirip dengan mirip, sebuah cerita dongeng
  • Cinta tidak memiliki arti
  • Cinta adalah satu kata dengan empat huruf
  • Cinta adalah penderitaan
  • Cinta adalah berbahaya
  • Cinta adalah memeluh anak anjing yang hangat
  • Cinta adalah makanan.
      Baiklah, cinta adalah banyak hal bagi banyak orang. Namun apapun mereka jadinya, mereka dapat dikelompokkan ke dalam 2 kategori:
    1. Cinta yang tidak egois: Ini adalah jenis cinta yang menjaga dan mengharapkan kebahagiaann dan kesejahteraan pihak lain.
    2. Cinta egois: Ini adalah jenis cinta yang mengharapkan untuk memiliki dan melekat kepada pihak lain. Cinta ini datang dengan  nafsu dan diikuti dengan kecemburuan dan kekecewaan.
Kedua jenis cinta ini seringkali ditemui bercampur di dalam proporsi yang berbeda, dan apabila kita tidak dapat membedakanya, mereka tak dapat dibedakan. Tidaklah mudah untuk menemukan kemunculan sebuah cinta yang tidak egois yang murni karena orang-orang cepat menjadi melekat terhadap sesuatu yang menyenangkan. Sedangkan cinta egois, sangatlah banyak. Hanya dengan membayar sebuah kunjungan ke rumah pelacuran dan kamu akan akan mengetahui apa yang saya maksudkan.
            Apa yang memberikan ketertarikan kepada cinta egois adalah kesenangan dan kenikmatan yang muncul bersamanya. Namun demikian, setelah inisiasi kesenangan, muncul pengorbanan lain setelah pengorbanan, atau sebuah bangun pagi yang menyakitkan akibat mabuk-mabukan. Sebuah komitman harus dibuat oleh seorang atau pihak kedua, yang seringkali dalam bentuk sebuth penandatanganan kontrak pernikahan atau hanya pemanis mulut yang disertai janji-janji yang mengharapkan. Di dalam kenyataannya, ini adalah sebaris kesulitan untuk didefinisikan dan oleh karenanya waspadalah! Kebanyakan orang tidak berpikir cukup serius mengenai hal ini sampai akhirnya mereka terbakar. Buku-buku komentar Buddha Dhamma menceritakan kepada kita bagaimana dengan hanya melihat seseorang cinta, kedua pencinta itu terhempas menjadi debu oleh kekuatan nafsunya. Maklum, bukanlah jawabannya. Menjadi bhikkhu / pendeta lebih masuk akal asalkan kamu bertahan di dalam meditasi selama sisa kehidupanmu.

            Bahkan, di dalam kasus cinta tidak egois di mana pengorbanan terlibat untuk mengusir menjadi “bahagia”, kita juga mendengar banyak keluhan. Pengorbanan yang ekstrim akan mengubah menjadi sesuatu yang dipandang “edan” oleh orang-orang pragmatik. Hal itu melibatkan perjalanan penderitaan bertahun-tahun yang tak terbayangkan seperti melempar kehidupan lalu seseorang.
           
            Namun, itulah yang oleh Sang Buddha lakukan demi memenuhi kesempurnaanya, merenungkan pengetahuan  yang tanpa banding sehingga membuat beliau mampu menunjukkan jalan untuk menyelamatkan banyak mahluk seperti beliau yang dapat menyeberangi lingkaran kematian dan kelahiran – penderitaan, menuju perealisasian Nibbana



Bukit Semut

 1.                  Demikianlah telah saya dengar: Pada satu kesempatan, Sang Bhagava sedang menetap di Savatthi, di hutan Jeta, di taman milik Anathapindika. Pada kesempatan tersebut, yang mulia Kumara Kassapa sedang menetap di hutan Orang Buta.
            Kemudian, ketika malam telah cukup larut, sesosok mahluk dewa braha dengan penampilan indah yang menerangi seluruh hutan Orang Buta datang mendekati yang mulia Kumara Kassapa dan berdiri di satu sisi. Sambil berdiri, dewa itu berkata kepadanya;
2.         “ Bhikkhu,bhikkhu, bukit semut ini berasap pada malam hari dan membara pada siang hari.
            “Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana: ‘Kamu yang bijaksana, selidikilah dengan menggunakan pisau’ Menyelidiki dengan menggunakan pisau, orang bijaksana itu melihat sebuah batangan / palang: ‘Sebuah batangan / palang, O Tuan yang mulia’
            “”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana : ‘Kamu yang bijaksana, buanglah batangan / palang itu; selidikilah dengan menggunakan pisau.’ Menyelidiki dengan menggunakan pisau, orang bijaksana itu melihat seekor katak. ‘Seekor katak, O Tuan yang mulia.’
            “”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana : ‘Kamu yang bijaksana, buanglah katak itu; selidikilah dengan menggunakan pisau.’ Menyelidiki dengan menggunakan pisau, orang bijaksana itu melihat sebuah garpu. Sebuah garpu, O Tuan yang mulia’
            “”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana : ‘Kamu yang bijaksana, buanglah katak itu; selidikilah dengan menggunakan pisau.’ Menyelidiki dengan menggunakan pisau, orang bijaksana itu melihat sebuah saringan. Sebuah saringan, O Tuan yang mulia’
            “”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana : ‘Kamu yang bijaksana, buanglah saringan itu; selidikilah dengan menggunakan pisau.’ Menyelidiki dengan menggunakan pisau, orang bijaksana itu melihat seekor kura-kura. Seekor kura-kura, O Tuan yang mulia’
            “”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana : ‘Kamu yang bijaksana, buanglah kura-kura itu; selidikilah dengan menggunakan pisau.’ Menyelidiki dengan menggunakan pisau, orang bijaksana itu melihat sebuah kapak dan balok: Sebuah kapak dan balok, O Tuan yang mulia’
            “”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana : ‘Kamu yang bijaksana, buanglah kapak dan balok itu; selidikilah dengan menggunakan pisau.’ Menyelidiki dengan menggunakan pisau, orang bijaksana itu melihat sepotong daging; ‘Sepotong daging,O Tuan yang mulia’
            “”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana : ‘Kamu yang bijaksana, buanglah daging itu; selidikilah dengan menggunakan pisau.’ Menyelidiki dengan menggunakan pisau, orang bijaksana itu melihat seekor ular Naga; ‘Seekor ular Naga,O Tuan yang mulia’
            “”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana :’Biarkanlah ular Naga iitu tinggal; janganlah disakiti ular Naga itu; hormatilah ular Naga itu’
            “Bhikkhu, kamu seyogyanya pergi mengunjungi Sang Bhagava dan menanyakan teka-teki ini. Seperti yang Sang Bhagava beritahukan kepadamu, demikian pula seyogyanya kamu mengingatnya. Bhikkhu, selain Sang Tathagata atau murid Sang Tathagata atau seseorang yang telah belajar dari Sang Tathagata, saya tidak melihat seorang pun di dunia ini dengan para Dewa-nya, para mara-nya, dan para Brahma-nya, di dalam generasi ini dengan para samana dan brahmana-nya, para pangeran-nya dan masyarakat-nya, yang penjelasan dari teka-teki ini dapat memuaskan batin.
            Inilah yang dikatakan oleh dewa brahma, yang menghilang dalam sekejap setelah mengatakan itu.
            3. Kemudian, ketika malam telah berlalu, yang mulia kumara Kassapa pergi mengunjungi Sang Bhagava. Setelah memberikan hormat kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan memberitahukan yang terjadi kepada Sang Bhagava. Kemudian ia bertanya kepada Sang Bhagava:” Tuan yang mulia, apakah bukit semut, apakah berasap pada malam hari, apakah membara pada siang hari itu? Siapa brahmana itu, siapa orang bijaksana itu? Apakah pisau, apakah menyelidiki, apakah batangan / palang, apakah katak, apakah garpu, apakah saringan, apakah kura-kura, apakah kapak dan balok, apakah sepotong daging, apakah ular Naga itu?”
            4. “ Bhikkhu, bukit semut adalah sebuah simbol dari jasmani ini, yang terdiri dari bentuk-bentuk materi, terdiri dari empat unsur pokok, dikondisikan oleh seorang ayah dan ibu, dibangun oleh nasi dan bubur yang direbus, dan subjek bagi ketidak-kekalan, menjadi usang dan lapuk, bercerai dan hancur.
            “Apa yang dipikirkan dan direnungkan oleh seseorang pada malam hari didasarkan pada tingkah lakunya selama siang hari, merupakan arti ‘berasap di malam hari’
            “Tingkah laku seseorang selama siang hari melalui badan jasmani, ucapan dan pikiran setelah berpikir dan merenungkan pada malam hari, merupakan arti ‘membara pada siang hari.’
            “Brahmana itu merupakan sebuah simbol bagi Tathagata, yang telah terbebas dan merealisasi pencerahan sempurna.  Orang bijaksana itu merupakan sebuah simbol bagi seorang bhikkhu di dalam latihan yang lebih tinggi. Pisau merupakan sebuah simbol bagi kebijaksanaan mulia. Menyelidiki merupakan sebuah simbol bagi memunculkan usaha / tenaga.
            “Batangan / palang merupakan sebuah simbol bagi kebodohan batin.’Buanglah batangan / palang; lenyapkan kegelapan batin. Inilah arti dari kamu yang bijaksana, selidikilah dengan menggunakan pisau.
            “Katak merupakan sebuah simbol bagi keputusasaan karena kemarahan.’Buanglah katak itu: lenyapkan keputusasaan karena kemarahan. Inilah arti dari kamu yang bijaksana, selidikilah dengan menggunakan pisau’
            “Garpu merupakan sebuah simbol bagi keraguan.’Buanglah garpu itu: lenyapkan keraguan. Inilah arti dari kamu yang bijaksana, selidikilah dengan menggunakan pisau.’
            “Saringan merupakan sebuah simbol bagi lima rintangan batin, yaitu nafsu indera, niat jahat, kemalasan dan keenganan, kegelisahan dan kekhawatiran, keraguan,’Buanglah saringan itu: lenyapkan lima rintangan batin. Inilah arti dari kamu yang bijaksana, selidikilah dengan menggunakan pisau.’
            “Kura-kura merupakan sebuah simbol bagi kemelekatan kepada lima perpaduan, yaitu perpaduan materi, perasaan, pencerapan, faktor-faktor batin, kesadaran.’Buanglah kura-kura: lenyapkan kemelekatan kepada lima perpaduan. Inilah arti dari kamu yang bijaksana, selidikilah dengan menggunakan pisau’
            “Kapak dan balok merupakan sebuah simbol bagi keterikatan kesenangan indera: bentuk yang dicerap oleh mata, yang diharapkan, diingini, disetujui, dan di sukai, berhubungan dengan nafsu indera, dan dirangsang oleh nafsu: suara dicerap oleh telinga...bebauan dicerap oleh hidung...kecapan dicerap oleh lidah...sentuhan dicerap oleh jasmani, yang diharapkan, diingini, disetujui, dan disukai, berhubungan dengan nafsu indera, dan dirangsang oleh nafsu. ‘Buanglah kapak dan balok: lenyapkan keterikatan kesenangan indera. Inilah arti dari kamu yang bijaksana, selidikilah dengan menggunakan pisau.’
            “Sepotong daging merupakan sebuah simbol bagi hasrat dan nafsu.’Buanglah sepotong daging: lenyapkan hasrat dan nafsu. Inilah arti dari kamu yang bijaksana, selidikilah dengan menggunakan pisau.’
            “Ular Naga merupakan sebuah simbol bagi seorang bhikkhu yang telah menghancurkan kekotoran batinnya. Inilah arti:Biarkanlah ular Naga tinggal: jangan sakiti ular naga; hormatilah ular Naga.”
            Itulah yang telah dikatakan oleh Sang Bhagava. Yang mulia Kumara Kassapa puas dan berbahagia di dalam kata-kata Sang Bhagava.

Catatan:
  • Ketika sutta ini dibabarkan, Kumara Kassapa masih sekha puggala, dan kemudan menjadi Arahat (Asekha puggala) setelah menggunakan sutta ini dalam subjek meditasinya.
  • Menurut Majjhima Nikaya Atthakatha, dewa dalam sutta ini adalah mahluk Anagami yang tinggal di Suddhavasa














Sambutlah Mentari

Merupakan hal yang baik memperingatkan seseorang untuk melakukan sesuatu di saat yang tepat. Sebagai contoh, apabila kita mengalami pendarahan, kita seyogyanya segera pergi ke rumah sakit terdekat untuk menyelamatkan kehidupan kita. Dalam hal ini, waktu sangatlah penting. Apabila kita terlambat satu jam, kita mungkin mengalami kematian. Demikian pula dengan keadaan darurat lain seperti misalnya radang usus buntu.

Mirip keadaan di atas, kita seyogyanya mempraktikkan Dhamma pada waktu yang tepat, yaitu sebelum kita menjadi terlalu tua atau terlalu sakit, atau kematian merenggut. Kita seharusnya mempraktikkan saat kita mempunyai seorang guru dan ketika kita memiliki kesempatan atau waktu. Masa muda merupakan waktu terbaik bagi pendidikan keagamaan, demikian pula masa / periode awal kehidupan (kehidupan dibagi ke dalam tiga periode) sangat ideal bagi praktik Satipatthana sangat sedikit kewajiban. Hal ini menjadi pengantar bagi kita untuk merenungkan ceritera anak seorang jutawan yang bernama Mahaddhana

Ketika masih muda, ia tidak pernah belajar, ketika ia menginjak dewasa, ia menikahi anak perempuan seorang kaya, yang juga seperti dia, tidak memiliki pendidikan. Ketika kedua orang tua keduanya meninggal dunia, mereka meninggalkan warisan bagi keduanya kekayaan yang sangat banyak sehingga sepasang suami isteri tersebut menjadi sangat kaya. Sepasang suami isteri itu bodoh dan hanya mengetahui bagaimana mengetahui bagaimana menghabiskan uang namun tidak mengetahui bagaimana menyimpan dan menumbuhkan kekayaannya. Mereka hanya makan dan minum serta memiliki waktu untuk menghamburkan uang. Ketika mereka telah menghabiskan semuanya, mereka menjual ladang dan kebunnya dan akhirnya rumahnya.

Dengan demikian, mereka menjadi miskin dan tak tertolongkan; dan dikarenakan mereka tidak mengetahui bagaimana mencari penghidupan, mereka terpaksa harus mengemis. Satu hari, Sang Buddha melihat anak orang kaya tersebut bersandar di dinding sebuah vihara memanfaatkan pemberian seorang samanera. Melihat hal ini, Sang Buddha tersenyum.

Yang Ariya Ananda bertanya kepada Sang Buddha, mengapa Beliau tersenyum dan Sang Buddha menjawav, “ Ananda, lihatlah anak dari seorang yang sangat kaya itu, ia telah menjalani kehidupan yang tak berarti, kehidupan tanpa tujuan kebahagiaan.

Apabila ia telah mempelajari untuk mencari kekayaan pada periode pertama kehidupannya, ia akan menjadi seorang terkaya; atau apabila ia menjadi bhikkhu, ia akan menjadi seorang Arahat dan isterinya akan menjadi seorang Anagami. Apabila ia mempelajari untuk mencari kekayaan pada periode kedua kehidupannya,ia akan menjadi orang kaya kedua, atau bila ia menjadi bhikkhu ia akan menjadi seorang Anagami sedangkan isterinya akan menjadi seorang Sakadagami. Apabila ia telah mempelajari untuk mencari kekayaan pada periode ketiga kehidupannya, ia akan menjadi seorang kaya ketiga, atau bila ia menjadi seorang bhikkhu, ia akan menjadi seorang Sakadagami sedangkan isterinya akan menjadi seorang Sotapanna

Namun demikian, dikarenakan dia tidak melakukan apa pun pada ketiga periode kehidupaannya itu, ia telah kehilangan semua kekayaan dunianya, ia juga kehilangan semua kesempatan merealisasi magga dan phala.

Kemudian Sang Buddha berkata dalam bentuk syair sebagai berikut :

“Acaritva brahmacariyam aladdha yobbane dhanam.
Jinnakoncava jhayanti khinamacche’va pallale.”

“Mereka, yang pada masa mudanya tidak menjalani kehidupan suci
ataupun mencapai kekayaan,
Merana dalam kesedihan seperti burung bangau tua di atas kolam
yang kehabisan ikan.”
(Dhammapada 155)

Betapa hal ini merupakan drama yang tragis. Sisi moral dari ceritera di atas adalah bahwa teman yang sejati (kalyanamitta) merupakan sine qua non. Yang Ariya Ananda satu kali berkata bahwa persahabatan mulia merupakan setengah kehidupan suci. Untuk hal ini, Sang Buddha menyanggah dengan mengatakan,’ Persahabatan suci merupakan kehidupan suci secara keseluruha, Saya adalah seorang sahabat sejati. Dikarenakan saya menjadi Sahabat Sejati bagi mereka yang hidupnya merupakan kelahiran menjadi terbebas dari kelahiran.’

Seseorang harus sangat hati-hati berhubungan dengan papamittata (persahabatan / perhubungan dengan pelaku kejahatan atau kelompok jahat). Karena perhubungan tersebut akan membawa ke kariyaparihani (kemerosotan atau kehilangan perbuatan baik atau praktik hal yang baik).

Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban seorang guru untuk mendidik dan membabarkan ajaran dengan akurat, dan merupakan kewajiban murid untuk belajar dan mempraktikkan ajaran dengan benar.

Semua aktivitas itu seyogyanya mengandung prinsip attasammapanidhi, yaitu menjalani hidup inii dengan menggunakan ‘make up’ atau ‘pakaian’ Dhamma

Apabila materi sesungguhnya baik, masyarakat akan memberitakannya sebagai hal yang baik; bagi yang berminat akan datang kepada kita dan berkata,’gunakan itu, itu sangat baik.’ Demikian pula dengan latihan ‘vipassana’. Karena diketahui membawa manfaat yang baik di dalam perbuatan bermanfaat, baik melalui jasmani, ucapan maupun pikiran, kita ingin untuk mempraktikkannya. Dengan demikian, kita menilainya, menghargainya dan mempraktikkannya. Dengan cara ini kita dapat membentuk diri kita dengan trampil.

Bila pakaian diiklankan karena memilik design yang menarik, wanita akan mengejarnya walaupun harganya mahal, karena secara meluas diiklankan, pasti sangat istimewa. Sehingga ketika dibeli dan dipakai, akan mempercantik diri seseorang. Demikian pula, kita sebelumnya berpakaian ketinggalan jaman dengan duccarita (perbuatan buruk); apabila kita sekarang mengembangkan perbuatan jasmani dan ucapan baik, kita dapat mendadani diri kita secara tepat. Selanjutnya kita seyogyanya mengembangkan batin dengan mengamati setiap objek yang muncul, tidak membiarkan batin mengembara sesukanya; dan membebaskan batin kita dari kekotoran mental. Bagi seorang meditator yang berlatih, satu menit perhatian murni dan konsentrasi terpusat, enam puluh kilesa (kekotoran batin) tidak muncul dan dalam satu jam pikiran murninya tiga ribu enam ratus. Ia menjadi cantik dan mencapai kualitas pencapaian spiritual yang prima. Ia menyempurnakan perbuatan jasmani, ucapan dan pikirannya. Ia mampu meneruskan perjalanan latihan (sikkha), yaitu sila (kemoralan), samadhi (konsentrasi) dan panna (kebijaksanaan)

Kejelekan tersebut ditransformasi menjadi kecantikan yang diinginkan oleh setiap insan.



Kisah Anak Lelaki Kecil

Seorang anak lelaki kecil masuk sekolah untuk pertama kalinya.
Dia adalah anak lelaki yang benar-benar masih kecil.
Dan itu adalah sekolah yang benar-benar besar.
Namun, ketika anak lelaki itu mengetahui bahwa dia dapat menuju ruangan kelasnya dengan berjalan lurus dari pintu luar, dia merasa senang sekali.
Dan sekolah itu tidak tampak terlalu besar lagi.

Suatu pagi, ketika anak lelaki kecil itu sudah bersekolah beberapa lama, gurunya berkata :

“Hari ini kita akan membuat lukisan.”
“Bagus!”pikir si anak lelaki kecil. Dia menggambar. Dia dapat menggambar segala macam: singa, harimau, ayam dan sapi, kereta api dan kapal. Dan dia mengeluarkan kotak krayonnya, dan mulai menggambar.

Tetapi gurunya berkata:
“Tunggu! Belum waktunya untuk memulai!”
Dan Guru itu menunggu sampai setiap orang tampak siap.

“Sekarang,” kata gurunya,
“Kita akan melukis bunga.”
“Bagus!”pikir anak lelaki itu.
Dia suka membuat bunga, dan dia mulai menggambar kembang-kembang yang indah dengan krayon berwarna merah jambu dan oranye dan biru.

Tetapi gurunya berkata,”Tunggu! Dan aku akan menunjukkan kepada kalian bagaimana cara membuatnya.”

Dan ia menggambar sekuntum bunga di papan tulis. Warnanya merah, dengan tangkai hijau.
“Begini,” kata gurunya.
“Sekarang kalian dapat memulai.’

Anak lelaki kecil itu memandang gambar bunga gurunya. Kemudian dia melihat bunganya sendiri, dia lebih menyukai bunganya ketimbang bunga gurunya. Tetapi dia tidak mengatakannya, dia hanya membalik kertasnya dan membuat sekuntum bunga seperti bunga gurunya. Warnanya merah, dengan tangkai hijau.

Pada lain hari, ketika si anak lelaki kecil telah dapat membuka sendiri pintu kelas itu dari luar, gurunya berkata,” Hari ini kita akan membuat sesuatu dengan tanah liat,”
‘Bagus!” pikir si anak lelaki kecil. Dia suka tanah liat.

Dia dapat membuat segalanya dengan tanah liat;
Ular dan manusia salju, gajah dan tikus, mobil dan truk.
Dan dia mulai mendorong dan menarik bola lempungnya

Tetapi gurunya berkata,
“Tunggu! Belum waktunya untuk  memulai!’
Dan Guru itu menunggu sampai setiap orang tampak siap.

“Sekarang,” kata gurunya,
“Kita akan membuat piring”
“Bagus!’ pikir anak lelaki itu.
Dia suka membuat piring, dan dia mulai membuat beberapa dari segala bentuk dan ukuran.

Tetapi gurunya berkata,
“Tunggu! Dan aku akan memperlihatkan kepada kalian bagaimana cara membuatnya,”
Dan ia memeragakan bagaimana cara membuat sebuah piring yang cekung.
‘Begini,” kata gurunya,
“Sekarang kalian dapat memulai.”

Anak lelaki kecil itu menatap piring gurunya kemudian melihat piringnya sendiri.
Dia lebih menyukai piring-piringnya ketimbang piring gurunya.

Tetapi dia tidak mengatakannya, dia hanya menggulung kembali lempungnya menjadi bola besar, dan membuat sebuah piring seperti piring gurunya. Bentuknya cekung.

Dan dalam waktu singkat, anak lelaki kecil itu belajar untuk menunggu dan melihat, dan membuat karya-karya yang persis dengan yang dibuat gurunya.

Dan dalam waktu singkat, dia tidak pernah lagi membuat karya-karyanya sendiri

Kemudian anak lelaki kecil itu dan keluarganya pindah ke rumah lain, di kota lain, dan anak lelaki kecil itu harus pergi ke sekolah lain.

Sekolah ini bahkan lebih besar dibandingkan sekolahnya terdahulu, dan tidak ada pintu lurus dari luar menuju ruangan kelasnya.
Dia harus menaiki beberapa anak tangga, dan berjalan menuruni suatu lorong yang panjang untuk sampai ke ruangannya.

Dan pada hari pertama dia berada di sana, gurunya berkata,” Hari ini kita akan membuat sebuah gambar.”
“Bagus!” pikir si anak lelaki kecil.
Dan dia menunggu gurunya memberitahu apa yang harus dia lakukan.
Tetapi gurunya tidak mengatakan apa pun.
Ia hanya berjalan mengelilingi ruangan.

Ketika ia menghampiri anak lelaki kecil itu, ia berkata,” Apakah kamu tidak ingin membuat sebuah gambar ?”
“Ya,” jawab si anak lelaki kecil. Lalu,”Apa yang akan kami buat?”
“Aku tidak tahu sampai kamu sendiri membuatnya,” kata gurunya.
“Bagaimana aku membuatnya?” tanya anak lelaki kecil itu.
“Bagaimana? Bagaimana pun yang kamu suka,” kata gurunya.
“Dan warna apa pun?” tanya si anak lelaki kecil.
“Warna apa pun,’ kata gurunya.

Lalu,” Kalau setiap orang membuat gambar yang sama, dan memakai warna yang sama, bagaimana aku bisa tahu siapa membuat apa, dan mana yang disebut mana?’
“Aku tidak tahu,”  kata si anak lelaki kecil.
Dan dia mulai membuat bunga-bunga berwarna merah jambu dan oranye dan biru.


Dia menyenangi sekolah barunya, sekalipun itu tidak mempunyai pintu untuk langsung masuk dari luar !