1.
Demikianlah
telah saya dengar: Pada satu kesempatan, Sang Bhagava sedang menetap di
Savatthi, di hutan Jeta, di taman milik Anathapindika. Pada kesempatan
tersebut, yang mulia Kumara Kassapa sedang menetap di hutan Orang Buta.
Kemudian, ketika malam
telah cukup larut, sesosok mahluk dewa braha dengan penampilan indah yang
menerangi seluruh hutan Orang Buta datang mendekati yang mulia Kumara Kassapa
dan berdiri di satu sisi. Sambil berdiri, dewa itu berkata kepadanya;
2. “ Bhikkhu,bhikkhu, bukit
semut ini berasap pada malam hari dan membara pada siang hari.
“Demikian, seorang guru
Brahmana memerintahkan muridnya yang
bijaksana: ‘Kamu yang bijaksana, selidikilah
dengan menggunakan pisau’
Menyelidiki dengan menggunakan pisau, orang bijaksana itu melihat sebuah
batangan / palang: ‘Sebuah batangan / palang, O Tuan yang mulia’
“”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana : ‘Kamu yang
bijaksana, buanglah batangan / palang
itu; selidikilah dengan menggunakan pisau.’ Menyelidiki dengan menggunakan
pisau, orang bijaksana itu melihat seekor
katak. ‘Seekor katak, O Tuan yang mulia.’
“”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana : ‘Kamu yang
bijaksana, buanglah katak itu;
selidikilah dengan menggunakan pisau.’ Menyelidiki dengan menggunakan pisau,
orang bijaksana itu melihat sebuah garpu.
Sebuah garpu, O Tuan yang mulia’
“”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana : ‘Kamu yang
bijaksana, buanglah katak itu;
selidikilah dengan menggunakan pisau.’ Menyelidiki dengan menggunakan pisau,
orang bijaksana itu melihat sebuah
saringan. Sebuah saringan, O Tuan yang mulia’
“”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana : ‘Kamu yang
bijaksana, buanglah saringan itu;
selidikilah dengan menggunakan pisau.’ Menyelidiki dengan menggunakan pisau,
orang bijaksana itu melihat seekor
kura-kura. Seekor kura-kura, O Tuan yang mulia’
“”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana : ‘Kamu yang
bijaksana, buanglah kura-kura itu;
selidikilah dengan menggunakan pisau.’ Menyelidiki dengan menggunakan pisau,
orang bijaksana itu melihat sebuah kapak
dan balok: Sebuah kapak dan balok, O Tuan yang mulia’
“”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana : ‘Kamu yang
bijaksana, buanglah kapak dan balok itu;
selidikilah dengan menggunakan pisau.’ Menyelidiki dengan menggunakan pisau,
orang bijaksana itu melihat sepotong
daging; ‘Sepotong daging,O Tuan yang mulia’
“”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana : ‘Kamu yang
bijaksana, buanglah daging itu;
selidikilah dengan menggunakan pisau.’ Menyelidiki dengan menggunakan pisau,
orang bijaksana itu melihat seekor ular
Naga; ‘Seekor ular Naga,O Tuan yang mulia’
“”Demikian, seorang guru Brahmana memerintahkan muridnya yang bijaksana :’Biarkanlah
ular Naga iitu tinggal; janganlah disakiti ular Naga itu; hormatilah ular Naga itu’
“Bhikkhu, kamu seyogyanya
pergi mengunjungi Sang Bhagava dan menanyakan teka-teki ini. Seperti yang Sang
Bhagava beritahukan kepadamu, demikian pula seyogyanya kamu mengingatnya.
Bhikkhu, selain Sang Tathagata atau murid Sang Tathagata atau seseorang yang
telah belajar dari Sang Tathagata, saya tidak melihat seorang pun di dunia ini
dengan para Dewa-nya, para mara-nya, dan para Brahma-nya, di dalam generasi ini
dengan para samana dan brahmana-nya, para pangeran-nya dan masyarakat-nya, yang
penjelasan dari teka-teki ini dapat memuaskan batin.
Inilah yang dikatakan oleh
dewa brahma, yang menghilang dalam sekejap setelah mengatakan itu.
3. Kemudian, ketika malam
telah berlalu, yang mulia kumara Kassapa pergi mengunjungi Sang Bhagava.
Setelah memberikan hormat kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan
memberitahukan yang terjadi kepada Sang Bhagava. Kemudian ia bertanya kepada
Sang Bhagava:” Tuan yang mulia, apakah bukit semut, apakah berasap pada malam
hari, apakah membara pada siang hari itu? Siapa brahmana itu, siapa orang
bijaksana itu? Apakah pisau, apakah menyelidiki, apakah batangan / palang, apakah
katak, apakah garpu, apakah saringan, apakah kura-kura, apakah kapak dan balok,
apakah sepotong daging, apakah ular Naga itu?”
4. “ Bhikkhu, bukit semut
adalah sebuah simbol dari jasmani ini, yang terdiri dari bentuk-bentuk materi,
terdiri dari empat unsur pokok, dikondisikan oleh seorang ayah dan ibu,
dibangun oleh nasi dan bubur yang direbus, dan subjek bagi ketidak-kekalan,
menjadi usang dan lapuk, bercerai dan hancur.
“Apa yang dipikirkan dan
direnungkan oleh seseorang pada malam hari didasarkan pada tingkah lakunya
selama siang hari, merupakan arti ‘berasap di malam hari’
“Tingkah laku seseorang
selama siang hari melalui badan jasmani, ucapan dan pikiran setelah berpikir
dan merenungkan pada malam hari, merupakan arti ‘membara pada siang hari.’
“Brahmana itu merupakan
sebuah simbol bagi Tathagata, yang telah terbebas dan merealisasi pencerahan
sempurna. Orang bijaksana itu merupakan
sebuah simbol bagi seorang bhikkhu di dalam latihan yang lebih tinggi. Pisau
merupakan sebuah simbol bagi kebijaksanaan mulia. Menyelidiki merupakan sebuah
simbol bagi memunculkan usaha / tenaga.
“Batangan / palang
merupakan sebuah simbol bagi kebodohan batin.’Buanglah batangan / palang;
lenyapkan kegelapan batin. Inilah arti dari kamu yang bijaksana, selidikilah dengan
menggunakan pisau.
“Katak merupakan sebuah
simbol bagi keputusasaan karena kemarahan.’Buanglah katak itu: lenyapkan
keputusasaan karena kemarahan. Inilah arti dari kamu yang bijaksana,
selidikilah dengan menggunakan pisau’
“Garpu merupakan sebuah simbol
bagi keraguan.’Buanglah garpu itu: lenyapkan keraguan. Inilah arti dari kamu
yang bijaksana, selidikilah dengan menggunakan pisau.’
“Saringan merupakan sebuah
simbol bagi lima rintangan batin, yaitu nafsu indera, niat jahat, kemalasan dan
keenganan, kegelisahan dan kekhawatiran, keraguan,’Buanglah saringan itu:
lenyapkan lima rintangan batin. Inilah arti dari kamu yang bijaksana,
selidikilah dengan menggunakan pisau.’
“Kura-kura merupakan
sebuah simbol bagi kemelekatan kepada lima perpaduan, yaitu perpaduan materi,
perasaan, pencerapan, faktor-faktor batin, kesadaran.’Buanglah kura-kura:
lenyapkan kemelekatan kepada lima perpaduan. Inilah arti dari kamu yang
bijaksana, selidikilah dengan menggunakan pisau’
“Kapak dan balok merupakan
sebuah simbol bagi keterikatan kesenangan indera: bentuk yang dicerap oleh
mata, yang diharapkan, diingini, disetujui, dan di sukai, berhubungan dengan
nafsu indera, dan dirangsang oleh nafsu: suara dicerap oleh telinga...bebauan
dicerap oleh hidung...kecapan dicerap oleh lidah...sentuhan dicerap oleh
jasmani, yang diharapkan, diingini, disetujui, dan disukai, berhubungan dengan
nafsu indera, dan dirangsang oleh nafsu. ‘Buanglah kapak dan balok: lenyapkan
keterikatan kesenangan indera. Inilah arti dari kamu yang bijaksana,
selidikilah dengan menggunakan pisau.’
“Sepotong daging merupakan
sebuah simbol bagi hasrat dan nafsu.’Buanglah sepotong daging: lenyapkan hasrat
dan nafsu. Inilah arti dari kamu yang bijaksana, selidikilah dengan menggunakan
pisau.’
“Ular Naga merupakan
sebuah simbol bagi seorang bhikkhu yang telah menghancurkan kekotoran batinnya.
Inilah arti:Biarkanlah ular Naga tinggal: jangan sakiti ular naga; hormatilah
ular Naga.”
Itulah yang telah
dikatakan oleh Sang Bhagava. Yang mulia Kumara Kassapa puas dan berbahagia di
dalam kata-kata Sang Bhagava.
Catatan:
- Ketika
sutta ini dibabarkan, Kumara Kassapa masih sekha puggala, dan kemudan
menjadi Arahat (Asekha puggala) setelah menggunakan sutta ini dalam subjek
meditasinya.
- Menurut
Majjhima Nikaya Atthakatha, dewa dalam sutta ini adalah mahluk Anagami
yang tinggal di Suddhavasa