Pannakatha

Seperti apakah konsep anicca dukkha anatta dalam penerapan kehidupan keseharian, mari kita simak kumpulan artikel artikel Pannakatha yang merupakan karya terjemahan bercampur dengan kompilasi dari berbagai buku yang dilakukan oleh penyusun dan diterbitkan dalam bentuk leaflet sejak tahun 1990-an dalam rangka memenuhi kebutuhan permenungan pokok-pokok penting hakikat kehidupan, dan atas praktik Buddha dhamma di dalam kehidupan sehari-hari dari beberapa pendukung yang menyebarkannya di berbagai kota di Nusantara. Atas berbagai masukan, maka leaflet tersebut di kumpulkan dan di rangkai kembali menjadi satu didalam buku kecil dan sekarang di tuangkan dalam bentuk website ini. Semoga dapat memberikan sumbangsih memperkaya referensi dan bahan renungan Buddha Dhamma dalam praktik keseharian dengan berbagai perumpamaan yang tersebar didalam Tipitaka

Dhamma menjadi berkah mulia bagi kita

Selamat Rodjali Webblog : http://tilakkhana-tigacorakkehidupan.blogspot.com

Creator:Mirawati Mulyadi

Thursday 31 July 2014

Perpaduan

            Bila kita menyimak sebuah kendaraan bermotor roda empat, misalkan saja sebuah mobil, yang bergerak dengan lancar, seseorang mungkin beranggapan bahwa bila tidak ada mesin, maka mobil tersebut tidak dapat bergerak, oleh karena itu mesin merupakan sumber proses pergerakan mobil tersebut. Orang lainnya mungkin beranggapan bahwa bila tidak ada bensin maka mobil tersebut tidak akan bergerak, oleh karena itu bensin merupakan sumber proses pergerakan mobil tersebut. Tidak demikian halnya dnegan si Ali. Ia berpikir bahwa mobil dapat bergerak karena adanya kabel dan ‘engkol’ penghubung ke alat-alat gerak mobil itu, dan kabel itulah sumber proses pergerakan. Berbeda dengan si Ani, ban mobil merupakan sumber proses pergerakan tersebut. Sementara itu, si Badu berpendapat bahwa ‘gear’ merupakan sumber proses pergerakan sebuah mobil. Dan seterusnya bagi orang lain, berbeda pula pendapatnya. Para pembaca, yang manakah dari semuanya itu sebagai sumber proses pergerakan sebuah mobil?
            Ada bensin, ada kabel dan engkol penghubung, ada ban,namun tidak ada mesin maka mobil itu tidak dapat bergerak. Ada mesin, ada kabel, ada ban dan ada engkol penghubung, namun bensin tidak ada maka mobil tidak dapat bergerak. Dan seterusnya. Mobil dapat berproses bergerak atas kerjasama mesin, bensin, kabel, ban, engkol sampai hal terkecil seperti baud dan sebagainya. Semua onderdil mobil itu berproses dan berpadu menghasilkan proses lain yaitu proses bergerak. Seseorang tidak mungkin mampu menunjukkan yang mana sesuatu yang pasti sebagai penggerak.
            Manusia dapat berproses, baik berpikir maupun bergerak atau berposisi tubuh, dengan kata lain ‘hidup’. Sementara orang menyatakan bahwa sumber kehidupan seseorang adalah jantung, karena bila jantung tidak bergerak maka proses kehidupan manusia berakhir. Lain lagi dengan pendapat si Tuti, jantung bisa dicangkok, jadi jantung bukan sumber proses kehidupan. Menurutnya, sumber proses kehidupan adalah darah, karena bila seseorang terluka dan darahnya habis, maka terhentilah proses kehidupan orang itu. Apakah benar demikian? Si Umar membantahnya dengan alasan bahwa saat ini sudah ada transfusi darah dan penggantian darah sehingga bagaimana mungkin darah merupakan sumber proses kehidupan. Si Harold lain lagi. Ia seorang sarjana bioteknologi molekul, ia berpendapat bahwa sumber proses kehidupan adalah DNA, karena jantung, darah, otak dan sebagainya mengandung DNA yang unik dan sangat menentukan kehidupan. Dan seterusnya, hingga saat ini para ahli masih belum dapat menentukan dengan pasti di mana sumber proses kehidupan suatu mahluk.
            Bagaimanakah umat Buddha harus menjawab hal di atas ? Di manakah letak sumber kehidupan ?
            Manusia merupakan perpaduan batin dan materi / jasmani. Mereka berproses saling berpengaruh. Proses pergerakan jasmani manusia dikondisikan oleh batin, dan juga oleh materi lainnya. Proses batin manusia juga dapat dikondisikan oleh materi. Batin manusia muncul pada materi yang bersesuaian ( vatthu ), mengalami objek melalui materi yang bersesuaian (dvara). Kondisi materi jasmani yang lemah akan sangat berpengaruh terhadap proses batin yang terjadi. Kondisi proses batin yang terjadi juga sangat berpengaruh terhadap proses materi jasmani.
            Batin dan jasmani / materi tubuh berinteraksi dan berproses sedemikian rupa, dan kita tidak dapat menunjukkan secara tepat di mana letak materi tempat munculnya batin yang tidak langsung berhubungan dengan indera.
  • Di dalam naskah dinyatakan: “ YAM RUPAM NISSAYA MANODHATU, MANOVINNANA DHATU CA, VATTANTI PANCAVOKARE TAM VATTHUTI PAVUCCATI” ( Tergantung pada materi atau sifat itulah unsur batin/ manodhatu dan unsur kesadaran batin / manovinnana dhatu muncul pada mahluk yang memiliki lima kelompok perpanduan / pancavokare-bhava. Dalam hal ini, secara nyata dapat kita baca, bahwa Sang Buddha tidak menunjukkan jantung atau otak atau darah atau gen atau sebagainya sebagai tempat kesadaran. Namun secara nyata pula bahwa batin dan jasmani berproses secara terpadu dan batin muncul di dalam landasan batin tersebut.

Catatan: Lima kelompok perpaduan = batin dan jasmani, terdiri dari :
Perasaaan, pencerapan, faktor batin, kesadaran dan materi


No comments:

Post a Comment