Cinta kasih (metta) akan selalu
berdampingan dengan belas kasihan (karuna).
Apabila kita memiliki batin yang penuh cinta kasih maka belas kasihan dengan
mudah akan muncul dalam batin. Bilamana kita melihat seseorang menderita, kita
akan terpacu untuk cepat-cepat mengulurkan tangan dan meringankan penderitaan
orang tersebut. Belas kasihan memiliki kualitas ingin mengeliminasikan
penderitaan seperti tadi. Belas kasihan secara khusus dirasakan ketika kita
melakukan kegiatan spontan (tanpa diajak) untuk menyingkirkan atau meringankan
penderitaan mahluk lain. Satu cerita dibawah ini akan menolong untuk
menjelaskan hal penting tadi.
Seseorang melihat seekor kalajengking tenggelam ke dalam genangan air. Satu
keinginan spontan untuk menyelamatkan kalajengking itu muncul di dalam batin
orang itu, dan tanpa ragu ia mengulurkan tangannya, mengangkat kalajengking itu
dari genangan, dan meletakannya di atas tanah. Kalajengking itu menyengatnya.
Dan berkeinginan untuk menyeberangi jalan, kalajengking itu mulai berjalan dan
kepalanya menuju genangan itu lagi ! Melihat kalajengking itu menggelepar dan
tenggelam lagi di dalam genangan, orang itu kemudian mengangkatnya ke atas dan
disengat lagi. Seseorang yang datang ke dekatnya dan melihat semua yang telah
terjadi, berkata kepada orang tersebut : Mengapa kamu begitu bodoh ? Sekarang
kamu mengalami bahwa kamu telah disengat bukan satu kali elainkan dua kali. Hal
yang sungguh bodoh bila mencoba untuk menolong seekor kalajengking”. Orang itu
menjawab: “Pak, saya tak dapat menghindarinya. Kamu dapat melihatnya, merupakan
sifat alamiah seekor kalajengking untuk menyengat. Namun juga merupakan sifat
alamiah saya untuk menyelamatkan. Saya tak dapat menolong tetapi hanya mencoba
untuk menyelamatkan kalajengking itu”
Benar, orang tersebut sebenarnya dapat melatih beberapa kebijaksanaan dan
menggunakan sebatang kayu atau sesuatu untuk menarik kalajengking itu keluar.
Namun ia mungkin telah berpikir bahwa ia dapat mengangkat kalajengking itu
dengan tangannya sedemikian rupa sehingga tidak tersengat. Atau ia mungkin
telah berpikir bahwa seekor kalajengking dalam keadaan demikian tidak akan
menyengatnya. Apapun jadinya, sisi moral
dari cerita ini yaitu sikap tanggap yang
spontan dari orang itu dalam menginginkan untuk menyelamatkan mahluk lain,
walaupun mahluk tersebut seeokor serangga.. Inipun menunjukkan bahwa orang
yang penuh belas kasihan, dalam hal tersebut walaupun ia akan menerima tindakan
yang tak baik dari seseorang yang ditolongnya, tidaklah menjadi masalah. Sudah
merupakan sifat alamiahnya untuk menolong, dan apabila dapat menolong lagi, ia
akan menolong. Ia tidak memiliki lagi keinginan untuk menyimpan dendam atau
kebencian !
Oleh karena itu, belas kasihan merupan bahasa batin. Pada saat kita
dimotivasi oleh cinta kasih dan belas kasihan, kita terpicu untuk menolong
tanpa membedakan ras (warna kulit), agama atau kebangsaan dari mahluk yang
ditolong tersebut. Dalam sisi belas kasihan, identifikasi terhadap ras, agama
dan sebagainya dikesampingkan; hal-hal ini menjadi tidak signifikan.
Selanjutnya, belas kasihan tersebut tidak hanya ditujukan kepada manusia,
tetapi juga terhadap semua mahluk hidup termasuk mahluk setan, binatang dan
serangga. Dalam rangka tema belas kasihan sebagai bahasa batin, ada sebuah puisi
yang cukup relevan, sebagai berikut :
Sekte Mahayana, Theravada,
Vajrayana;
Agama Kristen, Buddha,
Islam, Hindu;
Bangsa Indonesia, Cina,
India,Eropa,Jepang, Malaysia, Amerika, Afrika;
Orang kulit putih, kulit
hitam, kulit kuning,
dan seterusnya dan sejenisnya
sebagaimana kamu sukai.
Apakah yang menjadi masalah?
Bahasa dari belas kasihan
adalah bahasa batin !
Ketika batin berbicara
Seribu bunga merekah
dan cinta kasih mengalir
seperti matahari pagi
meradiasi menembus jendela.
Tak ada kata-kata yang diperlukan
sebuah pemadangan, sebuah
sentuhan
akan cukup untuk berkata
bahkan seribu kata tidak
dapat menjelaskan.
Dan belas kasihan
memancarkan cahaya
seperti radiasi sinar
bintang
di dalam langit malam.
Penghalang hancur luluh
Prasangka menggelepar
Keunggulan diperoleh kembali
Cinta kasih (metta) dan
Belas Kasihan (karuna)
menaklukan semua ketakutan
dan kekhawatiran
menyembuhkan luka-luka yang merajalela.
Kita akan merasakan bahwa apabila kita mencoba untuk melatih jenis cinta
kasih dan belas kasihan ini, ketika kematian menyambut kita, maka kita akan
ikut bersamanya dengan tenang. Meninggal dunia dengan tenang dalam arti yang
lebih pantas dibandingkan kata ‘meninggal dunia dengan tenang’ seperti yang
sering dijumpai di dalam kolom berita duka cita surat kabar.
No comments:
Post a Comment