Para bhikkhu, seseorang yang belum merealisasi pencerahan sempurna, yang
tidak terpelajar, mengalami perasaan-perasaan menyenangkan, perasaan-perasaan
tidak menyenangkan dan perasaan-perasaan bukan menyenangkan pun bukan
tidak menyenangkan (netral). Para siswa mulia, yang terpelajar, juga
mengalami perasaan-perasaan menyenangkan, perasaan-perasaan tidak menyenangkan
dan perasaan-perasaan bukan menyenangkan pun bukan tidak menyenangkan (netral).
Para bhikkhu, dalam hal ini, apakah pembeda,
faktor penentu yang membuat kontras di antara siswa mulia dan terpelajar dengan
orang-orang yang tidak terpelajar dan belum merealisasi pencerahan sempurna ?
Ketika seseorang yang tidak terpelajar, yang belum merealisasi pencerahan
sempurna, mengalami perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan, ia mengeluh,
meratap, bersedih, meraung-raung, memukul-mukul dadanya dan kebingungan serta
putus asa; ia mengalami dua jenis perasaan, yaitu perasaan yang dialami melalui
media jasmani dan perasaan langsung melalui batinnya.
“Kelihatannya seolah-olah seorang pemanah, yang telah melepaskan anak panah
pertamanya kepada seseorang, kemudian melepaskan kembali anak panah yang kedua.
Orang yang terkena panah tersebut akan merasakan nyeri dari kedua panah tersebut.
Demikianlah orang yang tidak terpelajar, yang belum merealisasi pencerahan
sempurna. Ia mengalami dua macam nyeri, yaitu nyeri melalui media jasmani dan
nyeri batiniah.
“Lebih jauh lagi, di dalam mengalami perasaan yang tidak menyenangkan, ia
merasa tidak senang. Dengan tidak senang terhadap perasaan tidak menyenangkan
tersebut, kecenderungan laten kebencian (patighanusaya) terhadap
perasaan-perasaan tidak menyenangkan terakumulasi. Berhadapan dengan perasaan
tidak menyenangkan, ia mencari kesenangan di dalam nafsu indera. Mengapa
demikian? Sebab, orang yang tidak terpelajar, yang belum merealisasi pencerahan
sempurna tidak mengetahui cara lain untuk terbebas dari perasaan tidak
menyenangkan selain mencari selingan di dalam nafsu indera. Dengan senangnya di
dalam nafsu indera, kecenderungan laten nafsu (raganusaya) terhadap
perasaan-perasaan menyenangkan tersebut terakumulasi. Ia tidak mengetahui
kemunculan, kepadaman, kontraksi, keterbatasan dan terbebasnya dari
perasaan-perasaan tersebut sebagaimana hakekat yang sesungguhnya, maka
kegelapan batin (avijjanusaya) terhadap perasaan netral terakumulasi. Mengalami
perasaan menyenangkan ia terikat kepadanya, mengalami perasaan tidak
menyenangkan ia terikat kepadanya, mengalami perasaan neteral ia terikat kepadanya.
Para bhikkhu, demikianlah orang yang tidak terpelajar, yang belum merealisasi
pencerahaan sempurna terikat kepada kelahiran, ketuaan, kematian, duka cita,
ratapan / keluh kesah, kesakitan, kesedihan dan keputus-asaan. Saya katakan, ia
terikat oleh penderitaan.
“ Para bhikkhu, seorang siswa yang terpelajar, yang telah merealisasi
pencerahan sempurna, ketika mengalami perassan tidak menyenangkan, ia tidak
sedih, tidak meratap, tidak meraung-raung ataupun memukul-mukul dadanya. Ia
tidak menderita. Ia mengalami sakit hanya di badan, namun batinnya tidak sakit.
“ Kelihatannya seperti seorang pemanah, setelah memanahkan anak panahnya
yang pertama kepada seseorang, kemudian memanahkan anak panah keduanya, namun
tidak mengenai sasaran; dalam hal ini orang yang terpanah akan mengalami nyeri
saat panah pertama mengenainya. Demikianlah orang yang terpelajar, yang telah
merealisasi pencerahan sempurna. Ia
mengalami sakit hanya pada badannya, namun batinnya tidak sakit.
“ Lebih jauh lagi, ia tidak mengalami ketidaksenangan terhadap perasaan
yang tidak menyenangkan. Dengan mengatasi
ketidaksenangan terhadap perasaan tidak menyenangkan, kecenderungan laten
kebencian terhadap perasaan tidak menyenangkan tidak terakumulasi. Mengalami
perasaan tidak menyenangkan itu, ia tidak mencari selingan dalam nafsu indera.
Mengapa tidak ? Sebab orang yang terpelajar, yang telah merealisasi pencerahan
sempurna mengetahui cara untuk terbebas dari perasaan tidak menyenangkan
daripada bersenang di dalam selingan nafsu indera. Dengan tidak mencari selingan di dalam nafsu
indera, kecenderungan laten nafsu terhadap perasaan menyenangkan tidak
terakumulasi. Ia mengetahui kemunculan, kepadaman, kontraksi, keterbatasan dan
kebebasan dari perasaan-perasaan sebagaimana hakekat yang sesungguhnya. Dengan
mengetahui hal-hal ini sebagaimana hakekat yang sesungguhnya, kecenderungan
laten kegelapan batin terhadap perasaan netral tidak terakumulasi. Mengalami
perasaan yang tidak menyenangkan, ia tidak terikat kepadanya; mengalami
perasaan netral, ia tidak terikat kepadanya. Para bhikkhu, demikianlah orang
yang terpelajar, yang telah merealisasi pencerahan sempurna, terbebas dari
kelahiran, ketuaan, kematian, duka cita, ratapan, kesakitan, kesedihan dan
keputus-asaan. Saya katakan, ia terbebas dari penderitaan.
“Para bhikkhu, inilah pembeda, faktor penentu pembuat kontras, antara
mereka yang terpelajar dan telah merealisasi pencerahan sempurna dengan mereka
yang tidak terpelajar dan belum merealisasi pencerahan sempurna.
No comments:
Post a Comment