Dikisahkan ada seorang yang sering melakukan kejahatan, tetapi ia takut
akan kematian, kesukaran atau ketidaksenangan. Ketika itu raja mengetahui
status orang itu sebagai penjahat, namun belum dapat
membuktikan kesalahan penjahat itu. Akhirnya raja itu memutuskan untuk
mengkondisikan kehancuran penjahat itu secara tak langsung dengan menyuruhnya
memelihara empat ekor ular yang sangat berbisa dan berbahaya, yang
gigitannya dapat mengakibatkan penderitaan hebat, bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Ular itu harus diperlakukan dengan baik; pada waktu yang tepat harus
dibangunkan, diberi makan, dimandikan, ditidurkan dan dipenuhi semua
kebutuhannya. Namun dengan berpikir bahwa memelihara empat ular berbisa ini
merupakan kehormatan yang dilimpahkan
oleh raja kepadanya, penjahat itu sangat bangga dan memperlakukan keempat ular
berbisa itu. Tanpa menyadari resiko dan bahaya yang siap menerpanya, penjahat
itu sangat bangga dan memperlakukan keempat ular berbisa tadi sebagai perhiasan
dan dipamerkannya berkeliling kota. Ular pertama dibiarkan merayap melalui kaki
kirinya dan berdiam di bahu sebelah kiri; ular kedua merayap melalui kaki
kirinya dan berdiam di bahu sebelah kiri; ular kedua merayap melalui kaki kanan
dan berdiam di bahu kanan; ular ketiga merayap melalui sisi depan badannya dan
berdiam di dada; ular keempat merayap melalui sisi belakangnya dan berdiam di
atas kepala.
Satu hari ia bertemu dengan sahabat baiknya yang
mengingatkannya: “ Bila tiap ular memiliki kebutuhan yang berbeda pada saat
yang bersamaan dan kamu tidak mampu memuaskannya, maka kamu akan menghadapi
penderitaan, bahkan kematian. Sesungguhnya, ular tersebut merupakan kondiri
yang akan menghancurkanmu. Kamu harus membebaskan diri ketika ular itu sedang
tidur”
Penjahat itu mengikuti nasehat sahabatnya dan pergi dari ular-ular itu.
Menyadari bahwa orang ini melarikan diri, raja teringat bahwa penjahat
mempunyai lima orang musuh; dan ia merencanakan memberi hadiah bagi siapa pun
yang berhasil menangkap penjahat itu. Tentu saja, lima orang tadi datang
terlebih dulu kepada raja dan bersedia menangkap walaupun tanpa hadiah.
Ketika penjahat itu sedang berlari, kembali sahabat baiknya
mengingatkannya, bahwa ia tidak hanya dikejar oleh ular-ular berbisa, tetapi
juga oleh lima orang musuhnya. Oleh karena itu ia harus secepat mungkin
membebaskan diri.
Ketika raja menyadari bahwa penjahat ini tak dapat ditemukan, beliau
mendekati seseorang yang diduga sebagai teman dekat penjahat itu dan diminta
untuk berpura-pura sebagai sahabat baiknya untuk memengaruhi penjahat
tersebut agar kembali.
Sekali lagi sahabat baiknya datang mengingatkannya perihal sahabat palsu di
atas; bahwa ia harus waspada dan tidak tertipu oleh sahabat palsu itu, tetapi
dianjurkan agar tetap pergi membebaskan diri. Akhirnya sampailah penjahat itu
pada sebuah
desa kosong dengan enam rumah yang kosong pula. Di sini karena lapar
dan haus, ia berkeliling mencari makanan dan air, mulai dari rumah pertama
sampai rumah keenam, tetapi ia tidak menemukan apa-apa, hanya ditemukan
mengkuk, piring, tempat air yang kosong. Karena lelahnya, ia pergi ke
sebuah pohon dengan maksud untuk tidur dengan enak. Saat itu, kembali sahabat
baiknya mengingatkan bahwa keenma rumah kosong tersebut selalu
disatroni/dikunjungi oleh enam perampok/bandit
yang akan segera datang dan bila ia bertemu dengan bandit-bandit itu maka
kemungkinan besar ia akan terjerat dan menghadapi bahaya.
Oleh karena itu, penjahat tadi pergi lagi pergi lagi membebaskan diri,
sampai akhirnya tiba di tepi sebuah sungai yang lebar dengan arus yang sangat
deras. Ia menyadari bahwa bila ia tidak mencapai sisi seberang
sungai itu, maka ia tidak akan selamat dari kejaran musuh-musuhnya.
Tetapi di sisi sungai sebelah sini, ia mencari dan tidak menemukan perahu
ataupun jembatan. Namun dengan segera ia mencoba memulai mengumpulkan semua batang
pohon, ranting, dedauan dan mengikatnya
menjadi satu seperti sebuah rakit. Dengan rakit yang dibuatnya itu, ia
mengayuh sekuat tenaga dengan kedua tangan dan kakinya, dengan kestabilan dan
keseimbangan. Dengan usaha dan tekad yang kuat, akhirnya ia dapat
menyeberangi arus yang deras dan mencapai sisi seberang sungai; sehingga ia
selamat dan terbebas dari musuh-musuhnya.
Arti dari perumpamaan di atas :
- Empat
ular berbisa dan berbahaya merupakan ibarat dari empat unsur pokok jasmani
(Maha bhuta).
- Lima
orang musuh merupakan ibarat dari lima kelompok perpanduan (Pancakkhandha)
- Sahabat
baik merupakan ibarat dari Sang Buddha
- Sahabat
palsu yang berpura-pura sebagai sahabat baik merupakan ibarat kesenangan
dan kemelekatan (nandiraga)
- Desa
dengan enam rumah kosong merupakan
ibarat dari enam landasan indera ( 6 ayanana dalam )
- Enam
perampok / bandit yang sering menyatroni / mengunjungi desa dengan keenam
rumah kosongnya merupakan ibarat enam macam objek indera (6 ayatana luar )
- Sisi
sungai sebelah sini merupakan ibarat pandangan salah tentang diri (sakkaya
ditthi)
- Sisi
sungai sebelah seberang merupakan ibarat Nibbana.
- Sungai
dengan arus yang deras merupakan ibarat banjir ( Ogha ), yaitu banjir
nafsu indera, banjir kemelekatan pandangan untuk menjadi, banjir pandangan
salah dan banjir kegelapan batin.
- Rakit
merupakan ibarat jalan mulia berunsur delapan ( Ariya Atthangika Magga ).
- Penjahat
yang membuat rakit dan harus mengayuh sendiri dengan kedua kaki dan
tangannya sekuat tenaga dengan penuh tekad merupakan ibarat kita semua
sebagai mahluk hidup berjuang dengan penuh semangat dan tekad dan tidak
bergantung kepada orang / mahluk / kekuasaan lain di luar diri kita.
- Mengayuh
dengan kestabilan dan keseimbangan disertai usaha dan tekad kuat merupakan
ibarat melatih dengan kestabilan dan keseimbangan dalam keyakinan
(saddha), semangat (viriya), perhatian (sati), konsentrasi (samadhi), dan
kebijaksanaan (panna)
Perumpamaan yang tertulis di dalam Asivisopama Sutta ini sangat bermanfaat
bagi mereka yang sedang berlatih mengarungi samudra kehidupan ini dalam
menggapai kebahagiaan sejati. Perumpamaan ini baik sekali untuk meningkatkan
pengertian mereka yang sedang berlatih vipassana.
Semoga tulisan ini menjadi kondisi inspirasi meningkatnya pengertian akan
hakekat segala sesuatu. Marilah kita berjuang dengan kesungguhan dan perhatian
murni... Semoga semua mahluk berbahagia.
No comments:
Post a Comment